PERKEMBANGAN RASA AGAMA PADA ANAK
( Eri Alvan A, Zumrotun Nikmah,
Ervin Yuniartiningtyas )
Religiusitas
atau rasa agama pada seseorang akan terus berkembang semenjak usia dini serta
mengalami proses yang yang continue dan berkelanjutan setiap tahapan hingga
usia lanjut. Proses perkembangan religiusitas merupakan perpaduan antara
potensi bawaan keagamaan yang dimiliki oleh semua manusia serta pengaruh yang
datang dari luar, yakni faktor lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat,
serta pengaruh pendidikan yang diperolehnya.
Perkembangan
religiusitas pada usia anak mempunyai peranan yang sangat penting. Dimana fase
ini merupakan tahap pewarnaan dan penguatan rasa agama anak. Anak belum bisa
menolak ataupun menyetujui segala yang masuk dalam dirinya sehingga warna
apapun yang diberikan dalam bentuk penanaman nilai agama dan konsep ketuhanan
akan diterima. Religiusitas pada usia anak akan mengakar kuat dan sangat
berpengaruh sepanjang hidupnya.
Fase
perkembangan anak awal yaitu usia 0-6 tahun. Pada fase ini, karakter rasa agama
disebut Ideas accepted on authority, dimana anak mendapatkan pengetahuan
tentang keagamaan seluruhnya berasal dari luar dirinya terutama orang tua.
Orang tua mempunyai otoritas yang kuat dalam menanamkan rasa agama pada
anaknya.
Pada
hakikatnya setelah dilahirkan anak sudah mulai mengaktifkan semua indranya
untuk menyerap informasi dari luar. Oleh sebab itulah, saat lahir seorang anak
sudah didengarkan lafadz-lafadz adzan agar dia mengenal Tuhannya. Berdasarkan
pengalaman kami yang dibesarkan di lingkungan keluraga dan masyarakat yang
agamis, orang tua kami sering menidurkan kami dengan dengungan pujian- pujian
kepada Allah dan sholawat Nabi. Ketika usia bertambah, anak sudah mulai bisa
bicara, orang tua kami mengajarkan menyebut asma Allah, Muhammad, mengajarkan
mengucap salam saat masuk dan keluar rumah.
Karakter
rasa agama anak juga bersifat imitative, yaitu menyerap dan meniru perilaku
sehari-hari orang terdekatnya yaitu orang tuanya. Maka selain mengenalkan
lafadz adzan sebagai pertanda waktu sholat, orang tua kami juga mengajak pergi
ke masijid untuk melaksanakan sholat berjama’ah. Di situlah secara tidak
langsung kami bisa mengamati dan menirukan gerakan-gerakan sholat. Diperlukan
juga sugesti dan sikap positif terhadap aktifitas ‘’meniru ‘’ tersebut sehingga
bisa memperkuat aktifitas tersebut sebagai perilaku keagamaan yang menjadi pembiasaan
yang kuat.
Metode
yang digunakan dalam penanaman rasa agama bisa dengan sesuatu yang menarik dan
menyenangkan, misalnya dikemas dalam bentuk cerita; tentang surga dan neraka,
pahala dan siksa, cerita keteladanan nabi-nabi dan para sahabat. Hal ini akan
merangsang anak untuk berimaginasi betapa indah dan nikmatnya hidup di surga
dan mengerikan jika dimasukan ke neraka. Orang tua tetap memberikan pemahaman
pemahaman yang positif mengenai amalan dan ibadah yang harus dilakukan agar
mendapat pahala dan menjadi penghuni surga.
Tahap
perkembangan selanjutnya adalah tahap penguatan (7-12 tahun). Pada tahap ini
anak sudah mulai memahami konsep ketuhanan secara realistic dan konkrit. Selain
memperoleh konsep ketuhanan dari keluraga, pada usia ini anak juga mendapatkan
pengetahuan dari sekolah dan TPA ( Taman Pendidikan Al-qur’an). Dari realitas
yang kami alami, dari madrasah ibtida’iyah ( setingkat SD ) dan dari TPA kami
mulai tahu dan bisa membaca alqur’an dengan baik dan benar, belajar tajwid,
belajar tentang tata cara sholat, belajar menghormati terhadap yang lebih tua,
dan menyayangi terhadap yang lebih muda.. Tapi aplikasi konsep keagamaan hanya
sebatas meniru ritual tanpa mengeatahui makna dari apa yang dikerjakannya (
Verbalized and ritualistic).
Interaksi
yang terjadi semakin luas. Anak mulai mempunyai dunia baru selain keluarga
yaitu dunia teman sebaya. Dalam dunia ini, seorang anak mengaplikasikan nilai-nilai
yang telah diajarkan orang tuanya di rumah, kemuadian ia tahu konsep nilai mana
yang diterima. Interaksi ini bisa menjadi motivasi untuk berperilaku yang
diterima oleh lingkungan pergaulan sehingga ia merasa diakui
keberadaannya.Pengawasan dan perhatian orang tua menjadi sangat penting ketika
lingkungan pergaulan anak bertolak belakang dengan nilai religiusitas yang
telah diajarkan..
Dalam
usia ini, kami sudah dikenalkan tentang arti baligh dan konsekuensinya apabila
kita telah mencapai usia baligh. Peran orang tua sebagai penguat dan memberikan
instruksi yang tegas tentang tanggung jawab seorang muslim yang sudah baligh
sehingga terbentuk kedisiplinan anak dalam beribadah, penerapan nilai agama
dalam etika dan moral kehidupan sehari-hari.
Strategi
penanaman rasa agama pada tahap ini, selain keteladanan yang telah dicontoh
mereka sehingga menjadi pembiasaan, rutinitas, dan disiplin juga perlu pengajaran
( direct teaching) atau perintah yang tegas agar meraka tidak melanggar apa-apa
yang sudah menjadi rutinitas dan kebiasaannya.
Berikut adalah dimensi
rasa agama anak berdasarkan pengalaman penulis.
no
|
Rasa agama
|
Items
|
1
|
Ritual
|
Saya sudah melakukan
shlat 5 waktu
|
Saya belajar membaca
alqur’an di sekolah dan di TPA
|
||
Saya member sedekah kepada
para peminta-minta.
|
||
2
|
Doktrin
|
Ada surge bagi orang
yang baik dan neraka bagi orang yang jahat.
|
Orang yang berbuat
baik akan mendapat pahala
|
||
Hari kiamat pasti
akan datang
|
||
3
|
Knowledge
|
Saya suka membaca
buku ceriata kisah nabi dan sahabat
|
Saya tahu tentang
agama islam dari pelajaran di sekolah
|
||
Saya mengetahui dan
bisa baca tulis alqur’an dari belajar di TPA.
|
||
4
|
Emotion
|
Saya merasa sedih
jika teman saya sedang sakit atau mendapat musibah.
|
Saya senang bila
bulan ramadhan tiba.
|
||
Saya senang ketika
hari raya idul fitri.
|
||
5
|
Ethics
|
Saya menyayangi
kepada yang lebih muda dan menghoramati yang lebih tua.
|
Saya selalu mematuhi
perintah orang tua.
|
||
Saya mencium tangan
orang tua ketika akan berangkat sekolah
|
||
Saya mengucapkan
salam ketika bertemu dengan bapak dan ibu guru.
|
||
6
|
Community
|
Saya ikut takbir
keliling saat idul fitri tiba.
|
Saya mengikuti
peasntren kilat di sekolah.
|
||
Saya mengikuti acara
berjanji pada bulan maulud.
|
saya tertarik dengan tulisan anda
BalasHapuskebetulan saya sedang proses penelitian ttg religiusitas
paparan anda tersebut berasal dari sumber mana?
sebagai acuan saya untuk menyelesaikan penulisan penelitian saya
terima kasih